Ada kekhawatiran tersendri bagi setiap anak perempuan yang
dilangkahi. Dilangkahi dalam artian didahulukan menikah oleh adik
perempuannya. Tak terkecuali dengan Aina Nathania seorang gadis
sederhana yang sudah cukup dewasa untuk usianya, dan seharusnya ia sudah
menikah. Tapi kenyataannya ia belum menikah karena menyangkut hal
jodoh. Aina panggilan akrabnya, ia mempunyai adik perempuan bernama
Alisha. Mereka terpaut usia 3 tahun, meskipun begitu sebentar lagi
Alisha akan melangsungkan pernikahannya. Ya, Alisha akan melangkahi Aina
kakaknya.
“Hey mbak, kok melamun saja, apa ada masalah?”
“Gak kok, mbak cuma lagi mumet aja sama kerja, oa Sha kenapa belum tidur?”
“Ini Alisha mau tidur mbak, ya udah Alisha tinggal iya” pamit Alisha pada Aina.
Bohong jika Aina tidak khawatir pada apa yang dikatakan orang-orang
tentang kemalangan-kemalangan yang akan dialami gadis yang dilangkahi.
Sebenarnya Aina tidak tau itu mitos ataukah memang kutukan. Hanya saja
Aina merasa keputusan yang ia ambil adalah keputusan yang benar. Karena
ia tak ingin menjadi alasan untuk dosa-dosa yang mungkin Alisha lakukan.
Aina sadar betul tentunya konsekuensi apa yang akan ia terima nantinya.
Malam itu berlalu meninggallan Aina yang masih setia pada perasaan
galaunya. Ia terbangun saat fajar mengetuk jendela kamar dan biasa
cahayanya menyentuh pipi tembemnya. Semua sudah menunggu di meja makan.
Aina ke luar kamar dengan semangat yang tak seperti biasanya. “pagi
Abah, Umi, Aina langsung berangkat ya” sapa Aina sekaligus pamitan. “Gak
sarapan dulu” tanya Abah. “Sarapannya di kantor aja, Assalamu’alaikum”
ucap Aina sambil setengah berlari.
Besok adalah hari yang Alisha tunggu-tunggu. Karena Irul kekasihnya
akan datang sebagai calon suaminya. Sedang Aina tertunduk pasrah di atas
sajadahnya. Ia terus bertanya pada Robbnya akan keberadaan
pendampingnya, hingga tanpa sadar butiran-butiran bening membasahi
wajahnya. Tapi tiba-tiba saja ia teringat salah satu ayat Al-Qur’an yang
artinya “Dan kami jadikan kamu berpasang-pasangan (Qs. An Naba:8).”
Jadi mengapa aku harus takut pada cerita-cerita mereka. Bukankah janji
Allah itu cukup bagiku, “semoga akan datang untukku Pangeran (Bersorban)
untuk kebaikan dunia akhiratku.” Kalimat terakhir Aina sebelum ia
tertidur.
Percaya saja, jika sudah waktunya ia akan datang menjemputmu..
Aku juga salah satu yang masih mnunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar